Pages

Wednesday, October 9, 2013

Kewirausahawan Sosial, tren terbaru dalam dunia usaha..

Kewirausahawan, seperti yang kita ketahui terbagi menjadi 3 sektor, yaitu pribadi, publik dan nirlaba. Jika dilihat dalam tren, khususnya di Indonesia, sektor nirlaba sudah mulai berkembang, dan biasanya hal tersebut terjadi di kalangan anak muda yang ingin membangun sebuah institusi berbasis sosial, dengan menuangkan ide mereka yang kreatif untuk kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.    

Seperti yang selalu terjadi di dunia pasar, masyarakat selalu antusias dengan hal yang baru dan kreatif, tetapi berguna untuk mencukupi keinginan dasar mereka. Banyak pekerja kantoran ataupun fresh graduates lebih memilih untuk membuka wirausaha daripada harus bekerja dengan orang lain, dan beberapa diantaranya terpicu untuk memilih jalur sosial. Tetapi dilihat dari perkembangan yang terjadi, khususnya di Indonesia dengan adanya obligasi CSR, banyak perusahaan besar dan ternama mulai mengkombinasikan perusahaan profit mereka dengan social benefits seperti membuka sekolah dan rumah sakit untuk masyarakat sekitar. Hal ini terkesan baik, tetapi dalam sisi lain, kebingungan pun bisa muncul dengan campuran yang terjadi. Penipisan garis perbedaan antara kedua sektor tersebut, juga sektor publik bisa terjadi karena tujuan yang hampir disamakan pada akhirnya.

Mahatma Gandhi pernah mengatakan, “Saya percaya bahwa seni adalah cara yang terbaik dalam membuat perubahan sosial.” Jika dilihat dari sisi perubahan global, sektor nirlaba merupakan pemain yang kuat didalamnya. Secara logika, sektor nirlaba akan lebih fokus kepada inovasi untuk kepentingan masyarakat karena keberhasilan mereka tidak diukur secara moneter, tetapi lebih kepada nama baik dan kemajuan yang terlihat. Tetapi beberapa hal yang perlu diingat adalah kesulitan sektor nirlaba yang harus bekerja keras untuk mencari inovasi dan memastikan adanya kemajuan diantara masyarakat, karena jika tidak, mereka akan dianggap gagal sepenuhnya.

Kewirausahawan, seperti layaknya bisnis lain, tidak luput dari resiko. Beberapa resiko seperti kurangnya sumber daya, rencana yang kurang realistis hingga sulitnya memasarkan institusi tersebut bisa dihadapi oleh seorang wirausaha sosial. Dalam hal ini, seperti yang diungkapan di situs Forbes Asia, kewirausahan sosial perlu didukung, karena secara tidak langsung, kewirausahawan seperti inilah yang telah membantu pertumbuhan ekonomi Negara mereka sendiri.

Setiap kewirausahawan sosial perlu menanyakan pertanyaan ini untuk patokan, “Apakah sektor ini cukup inovatif dalam memberikan solusi ekonomi, sosial dan lingkungan?” Hal ini membuktikan betapa besar peran kewirahusahawan sosial di dalam Negara, khususnya dalam pembenahan tiga hal inti tersebut. Kewirausahawan yang sehat adalah yang berhasil menggunakan ide kreatifnya untuk memperbaikki ketiga aspek tersebut. Salah satu ide adalah menggunakan limbah lingkungan untuk bisnis, hingga menyelenggarakan kompetisi perencanaan kewirausahawan sosial seperti yang dilakukan oleh Danone Indonesia untuk meningkatkan minat sektor tersebut.

Winston Churchill pernah mengatakan, “Seorang pesimis melihat kesulitan di setiap kesempatan. Seorang optimis melihat kesempatan di setiap kesulitan.” Kewirausahawan sosial bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, tetapi jika individu tersebut optimis dengan ide dan rencana kuat yang dimilikinya, maka kesuksesan dalam sektor ini bisa diraih.


For more details on Social Entrepreneurship, please contact:
KIRTI PARKASH
+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

No comments:

Post a Comment