Kewirausahawan, seperti yang kita
ketahui terbagi menjadi 3 sektor, yaitu pribadi, publik dan nirlaba. Jika
dilihat dalam tren, khususnya di Indonesia, sektor nirlaba sudah mulai
berkembang, dan biasanya hal tersebut terjadi di kalangan anak muda yang ingin
membangun sebuah institusi berbasis sosial, dengan menuangkan ide mereka yang
kreatif untuk kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Seperti yang selalu terjadi di
dunia pasar, masyarakat selalu antusias dengan hal yang baru dan kreatif,
tetapi berguna untuk mencukupi keinginan dasar mereka. Banyak pekerja kantoran
ataupun fresh graduates lebih memilih
untuk membuka wirausaha daripada harus bekerja dengan orang lain, dan beberapa
diantaranya terpicu untuk memilih jalur sosial. Tetapi dilihat dari
perkembangan yang terjadi, khususnya di Indonesia dengan adanya obligasi CSR, banyak perusahaan besar dan ternama
mulai mengkombinasikan perusahaan profit
mereka dengan social benefits seperti
membuka sekolah dan rumah sakit untuk masyarakat sekitar. Hal ini terkesan
baik, tetapi dalam sisi lain, kebingungan pun bisa muncul dengan campuran yang
terjadi. Penipisan garis perbedaan antara kedua sektor tersebut, juga sektor
publik bisa terjadi karena tujuan yang hampir disamakan pada akhirnya.
Mahatma Gandhi pernah mengatakan,
“Saya percaya bahwa seni adalah cara yang terbaik dalam membuat perubahan
sosial.” Jika dilihat dari sisi perubahan global, sektor nirlaba merupakan
pemain yang kuat didalamnya. Secara logika, sektor nirlaba akan lebih fokus
kepada inovasi untuk kepentingan masyarakat karena keberhasilan mereka tidak
diukur secara moneter, tetapi lebih kepada nama baik dan kemajuan yang
terlihat. Tetapi beberapa hal yang perlu diingat adalah kesulitan sektor nirlaba
yang harus bekerja keras untuk mencari inovasi dan memastikan adanya kemajuan
diantara masyarakat, karena jika tidak, mereka akan dianggap gagal sepenuhnya.
Kewirausahawan, seperti layaknya
bisnis lain, tidak luput dari resiko. Beberapa resiko seperti kurangnya sumber
daya, rencana yang kurang realistis hingga sulitnya memasarkan institusi
tersebut bisa dihadapi oleh seorang wirausaha sosial. Dalam hal ini, seperti
yang diungkapan di situs Forbes Asia, kewirausahan sosial perlu didukung,
karena secara tidak langsung, kewirausahawan seperti inilah yang telah membantu
pertumbuhan ekonomi Negara mereka sendiri.
Setiap kewirausahawan sosial
perlu menanyakan pertanyaan ini untuk patokan, “Apakah sektor ini cukup
inovatif dalam memberikan solusi ekonomi, sosial dan lingkungan?” Hal ini
membuktikan betapa besar peran kewirahusahawan sosial di dalam Negara,
khususnya dalam pembenahan tiga hal inti tersebut. Kewirausahawan yang sehat
adalah yang berhasil menggunakan ide kreatifnya untuk memperbaikki ketiga aspek
tersebut. Salah satu ide adalah menggunakan limbah lingkungan untuk bisnis,
hingga menyelenggarakan kompetisi perencanaan kewirausahawan sosial seperti
yang dilakukan oleh Danone Indonesia untuk meningkatkan minat sektor tersebut.
Winston Churchill pernah mengatakan, “Seorang
pesimis melihat kesulitan di setiap kesempatan. Seorang optimis melihat
kesempatan di setiap kesulitan.” Kewirausahawan sosial bukanlah hal yang mudah
untuk dijalankan, tetapi jika individu tersebut optimis dengan ide dan rencana kuat
yang dimilikinya, maka kesuksesan dalam sektor ini bisa diraih.
For more details on Social Entrepreneurship, please contact:
KIRTI PARKASH
+62 21 8378 3288
kirti.parkash@frontlinerinc.com
No comments:
Post a Comment