Kewirausahawan Sosial, tren terbaru dalam dunia usaha..

awareness9.wordpress.com

Kewirausahawan, seperti yang kita ketahui terbagi menjadi 3 sektor, yaitu pribadi, publik dan nirlaba. Jika dilihat dalam tren, khususnya di Indonesia, sektor nirlaba sudah mulai berkembang, dan biasanya hal tersebut terjadi di kalangan anak muda yang ingin membangun sebuah institusi berbasis sosial, dengan menuangkan ide mereka yang kreatif untuk kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.    

Seperti yang selalu terjadi di dunia pasar, masyarakat selalu antusias dengan hal yang baru dan kreatif, tetapi berguna untuk mencukupi keinginan dasar mereka. Banyak pekerja kantoran ataupun fresh graduates lebih memilih untuk membuka wirausaha daripada harus bekerja dengan orang lain, dan beberapa diantaranya terpicu untuk memilih jalur sosial. Tetapi dilihat dari perkembangan yang terjadi, khususnya di Indonesia dengan adanya obligasi CSR, banyak perusahaan besar dan ternama mulai mengkombinasikan perusahaan profit mereka dengan social benefits seperti membuka sekolah dan rumah sakit untuk masyarakat sekitar. Hal ini terkesan baik, tetapi dalam sisi lain, kebingungan pun bisa muncul dengan campuran yang terjadi. Penipisan garis perbedaan antara kedua sektor tersebut, juga sektor publik bisa terjadi karena tujuan yang hampir disamakan pada akhirnya.

Mahatma Gandhi pernah mengatakan, “Saya percaya bahwa seni adalah cara yang terbaik dalam membuat perubahan sosial.” Jika dilihat dari sisi perubahan global, sektor nirlaba merupakan pemain yang kuat didalamnya. Secara logika, sektor nirlaba akan lebih fokus kepada inovasi untuk kepentingan masyarakat karena keberhasilan mereka tidak diukur secara moneter, tetapi lebih kepada nama baik dan kemajuan yang terlihat. Tetapi beberapa hal yang perlu diingat adalah kesulitan sektor nirlaba yang harus bekerja keras untuk mencari inovasi dan memastikan adanya kemajuan diantara masyarakat, karena jika tidak, mereka akan dianggap gagal sepenuhnya.

Kewirausahawan, seperti layaknya bisnis lain, tidak luput dari resiko. Beberapa resiko seperti kurangnya sumber daya, rencana yang kurang realistis hingga sulitnya memasarkan institusi tersebut bisa dihadapi oleh seorang wirausaha sosial. Dalam hal ini, seperti yang diungkapan di situs Forbes Asia, kewirausahan sosial perlu didukung, karena secara tidak langsung, kewirausahawan seperti inilah yang telah membantu pertumbuhan ekonomi Negara mereka sendiri.

Setiap kewirausahawan sosial perlu menanyakan pertanyaan ini untuk patokan, “Apakah sektor ini cukup inovatif dalam memberikan solusi ekonomi, sosial dan lingkungan?” Hal ini membuktikan betapa besar peran kewirahusahawan sosial di dalam Negara, khususnya dalam pembenahan tiga hal inti tersebut. Kewirausahawan yang sehat adalah yang berhasil menggunakan ide kreatifnya untuk memperbaikki ketiga aspek tersebut. Salah satu ide adalah menggunakan limbah lingkungan untuk bisnis, hingga menyelenggarakan kompetisi perencanaan kewirausahawan sosial seperti yang dilakukan oleh Danone Indonesia untuk meningkatkan minat sektor tersebut.

Winston Churchill pernah mengatakan, “Seorang pesimis melihat kesulitan di setiap kesempatan. Seorang optimis melihat kesempatan di setiap kesulitan.” Kewirausahawan sosial bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, tetapi jika individu tersebut optimis dengan ide dan rencana kuat yang dimilikinya, maka kesuksesan dalam sektor ini bisa diraih.

For more details on Social Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

Young Entrepreneurs in Action!

aptisi.org

Seeing towards the trend of young entrepreneurs in Indonesia, also the combination of profit organization conducting the social field, one of the giant companies in Indonesia has proven on its success. Danone Indonesia, in combination with their social enterprise organization built named “Danone Young Social Entrepreneur”, has conducted a competition of social entrepreneurship based on Danone Sustainability Development Program. This program has indirectly supported those students who are interested in social entrepreneurship and could share their ideas in the form of a business plan to be put up for a competition.

As seen, competition nowadays has become one of the tools to attract youths in sharing their skills also ideas, in return of a prize that may benefit them. In regards to Danone’s social entrepreneurs’ competition, the winners will be funded for their project execution support, also scholarships that will be paid per month by the organizer. By conducting so, the youth generation will not only be encouraged to share their ideas in return for monetary benefits, but to encourage them to be a social entrepreneur, providing fresh and creative ideas for the organization in the future.

With different types of fields being covered by “Danone Young Social Entrepreneur” competition such as sustainability program, strategic, financial management, social business concept and community development, the youths can learn and be familiar more with the social enterprises that may be developed into their social institution one day. This can help more in the development, also better training towards them.

Bill Gates has once said on entrepreneurship, “Humanity greatest advances are not on its discoveries, but in how those discoveries are applied to reduce inequity.”


Case source: http://www.slideshare.net/dinihajarrahmah/danone-young-social-entrepreneur-15094483

For more details on Social Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

Apakah cukup inovatif?

Inovasi merupakan kunci terpenting dalam konteks wirausahawan sosial. Hal ini bisa menjadi kekuatan terbesar, ataupun kelemahan dengan tingkat yang sama. Sebuah pertanyaan penting perlu ditanyakan dalam setiap sektor kewirausahaan sosial, “Apakah sektor ini cukup inovatif dalam memberikan solusi ekonomi, sosial dan lingkungan?”

www.publicpolicy.telefonica.com

Perubahan yang signifikan adalah hasil yang dicari dari hasil kerja keras wirausahawan sosial, dan ini merupakan pekerjaan yang sulit. Dalam sektor ini, keberanian untuk “loncat tinggi” sangat diperlukan, tetapi dibelakang semua itu, perencanaan dan ide kreatif juga sangat diperlukan. Ide-ide seperti penggunaan limbah rumah tangga dan dikreasikan menjadi sebuah produk merupakan salah satu ide yang terlihat kecil, tetapi memberikan dampak yang besar bagi sosial, ekonomi dan lingkungan. Dengan menggunakan limbah yang dapat merusak lingkungan dan dikreasikan menjadi hal yang berguna dengan bantuan para masyarakat, bisa menjadi solusi untuk peningkatan ekonomi dan pemberdayaan lingkungan areal itu sendiri. Dengan kedua hal tersebut terpenuhi, kesejahteraan sosial pun bisa tercapai.

Contoh tersebut membuktikan betapa pentingnya sebuah kreatifitas untuk kelangsungan wirausahawan sosial, dan mencapai tujuan inti yakni kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial tidak bisa dicapai dengan sendirinya, tetapi perlu dengan kombinasi solusi ekonomi juga lingkungan agar lebih maksimal.

Jadi, apakah usaha sosial anda cukup kreatif?

For more details on Social Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

Invest and grow social capital markets…

www.convergences2015.org 

In Indonesia, entrepreneurship have become one of the business trends nowadays, especially within the middle economic class.  Most citizens have better economic range as of this activity, which brings about increased economic growth for Indonesia. As narrated by Forbes Asia’s website, one of the trigger that have created better economic growth is social entrepreneur, being introduced mostly by the youths and giant companies of Indonesia.

To help in supporting this activity, many companies have started to invest in the social capital markets; can be as of their own will, or even as per CSR need. In UK, one of the organizations named “Big Society Capital” has proved on the need of capital investment aid for the social enterprises, as to make it more successful. Social entrepreneurship, as they are well known for, are focused more on social welfares and to conduct so, support from the government and the citizens itself is needed. At the moment, though social markets are growing, it is still in need of capital funding as to work well and provide better products or services to the society to complete their needs, bringing about a long term impact.

With social enterprises growing well in the business world, it is believed that citizens’ welfare will be higher, allowing them with better economic power and at the same time, the country’s economic power may be increased too.

For more details on Social Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

Menghadapi resiko?

www.skepticalob.com  

Kewirausahaan sosial, seperti sektor bisnis lainnya tidak luput dari resiko bisnis, maupun tujuan mereka bukan untuk mengejar keuntungan moneter. Sebenarnya, di dalam setiap kegiatan sehari-hari pun, pasti akan terdapat suatu resiko, baik kecil maupun besar yang harus dipersiapkan.

Beberapa resiko yang mungkin dihadapi dan harus dipersiapkan untuk sektor kewirausahaan sosial meliputi:

-> Gagal dalam mencapai tujuan – susahnya sumber daya akan membuat proses untuk mencapai tujuan tepat waktu lebih sulit, atau dalam jangka waktu yang panjang, akan menggagalkan tujuan utamanya.

-> Ekspektasi yang kurang realistis – terkadang, beberapa wirausaha sosial terlalu mengharapkan donasi dan dukungan yang tinggi, yang mengakibatkan perencanaan mereka terlalu tinggi dari yang bisa dilakukan.

-> Proses pemasaran yang kurang – beberapa sektor kewirausahawan sosial tidak memiliki departemen khusus untuk memasarkan usaha mereka, dan pada akhirnya usaha mereka pun tidak dikenal oleh masyarakat. Dalam hal ini, aliran keuangan pun beresiko tersendat.  

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, resiko dalam sebuah bisnis pasti ada, tetapi bagaimana caranya kita mempersiapkan dan merencanakan resiko yang bisa prediksi sebelumnya merupakan seni tersendiri.

For more details on Social Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

Pro and Cons, social enterprise…

www.ceramicgadgets.com

Having social enterprise to grow in developed or even developing countries like in Indonesia has created its own pride and benefits. Yet, having social enterprise to grow enormously does not always bring benefits, but on the other hand, disadvantages may be there too.

As part of its advantages, social enterprises can:

- Be more flexible as they can support innovative ways to achieve social purpose.

- Attract passionate people, to create an inspiring place to volunteer or work on.

- Utilize people’s skills and make a difference to the community or the environment, bringing personal satisfaction within.

On the other hand, social enterprises can bring about several disadvantages:

- Since social enterprises are businesses, once the ideas are less or market changes, they can fail

- Difficult to see a social enterprise as both business and community organizations

- Social benefits may show its results after years, despite of hard work

Despite of the pro and cons, social enterprises have shown its own success at most of the countries in the world. It is a new phrase of business in this century. 

For more details on Social Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

Menipisnya garis perbedaan nirlaba, sektor publik dan pribadi

Pertumbuhan dari sektor nirlaba yang mengalami peningkatan cukup tinggi, menimbulkan suatu pertanyaan dari beberapa kalangan, apakah peningkatan ini akan menimbulkan garis yang menipis antara sektor nirlaba, publik dan pribadi?

axionconsultants.com

Pada umumnya, sektor bisnis menyediakan produk dan pelayanan yang diperlukan masyarakat, membantu meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan inovasi untuk mencapai keuntungan juga untuk mendapatkan umpan balik yang positif dari pasar.

Dalam sisi lainnya, sektor nirlaba juga memberikan hal yang diperlukan masyarakat, tetapi sektor ini lebih memperhatikan masyarakat lebih detil. Sektor ini lebih memastikan bahwa masyarakat mendapatkan hal-hal inti dengan pas, seperti air minum, makanan, tempat tinggal, edukasi, pelayanan kesehatan dan keperluan inti lainnya. Nilai-nilai kemanusiaan sangat diperhatikan, hampir sama dengan sektor publik, yang memiliki tujuan inti mencapai kesejahteraan juga kepuasan masyarakat.

Jika dilihat dari penjelasan diatas, menipisnya garis dari ketiga sektor tersebut mulai terlihat. Apalagi ditambah dengan beberapa sektor bisnis atau pribadi yang mulai bergeser ataupun berkolaborasi dengan sektor nirlaba atau publik, mencampur kepentingan bisnis juga sosial dalam prosesnya. Beberapa tren mulai bermunculan seperti Corporate Social Responsibility yang menjadikan alasan untuk melakukan kolaborasi ini.

Sebenarnya, perbedaan yang signifikan dalam ketiga sektor tersebut adalah tujuannya. Sektor pribadi biasanya memaksimalkan keuntungan moneter untuk dikembalikan ke pemilik, sedangkan sektor publik juga nirlaba lebih memperuntungkan keuntungan sosial. Dengan adanya kolaborasi, para pemilik dari sektor pribadi juga akan memperhatikan hal-hal yang umum di sektor publik dan nirlaba, dan dengan cara ini secara tidak langsung, garis perbedaan yang ada akan menipis. Pengertian dan perbedaan yang ada pun akan merefleksikan maksud dan tujuan yang berbeda pula.

For more details on Social Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

Solutions to global change...

aiesecui.org

In this 21^st century, globalization has occurred tremendously. Businesses around the world are now connecting with one another, bringing about a new definition of a globalization market. Profit maker businesses have increased in heights, yet at the same time, social entrepreneurs are also adding in numbers.

Global change is occurring mostly as of social entrepreneurs. Why is it so?

Social entrepreneurs are well known for their innovations and ideas, where normally it is created as per the need of the citizens around itself. For instance, schools and hospitals or even projects such as mangrove planting are part of it. Forbes Asia has once interviewed one of the representatives from Ashoka Indonesia on their views about Social Entrepreneurs in Indonesia, in regard to the base of Indonesia having a growth in the economic performance.

According to the representative, social entrepreneurship in Indonesia has started to show its face since 2000s. Mostly, the youths are the ones who start these type of enterprises, either small or medium type. Other than youths, big companies such as Danone, Oriflame and GE have started to support the social entrepreneurs, or even developing by themselves. In regards to funding, the government is also helping in the form of loans to support these social entrepreneurs. At some extend, several multilateral agencies such as World Bank, USAID and AUSAID are also providing support and aid towards the growth of social enterprises in Indonesia.

David Bornstein, the author of “How to Change the World: Social Entrepreneurs and the Power of New Ideas” quoted that, “Social entrepreneurs identify resources where people only see problems. They view the villagers as the solution, not the passive beneficiary. They begin with the assumption of competence and unleash resources in the communities they’re saying.” 

For more details on Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

Sektor nirlaba dalam perubahan sosial..

Sektor nirlaba sekarang menjadi bagian yang besar dalam terjadinya perubahan sosial. Kontribusi yang diberikan dalam segi inovasi, ide dan dukungan menjadi beberapa faktor yang membuat sektor nirlaba diperhatikan lebih.

Seperti yang diketahui, sektor nirlaba merupakan sektor yang tidak mengharapkan profit dari aktifitas yang dilakukan. Dengan mengetahui hal tersebut secara jelas, dalam sisi lain, banyak kalangan mulai bergeser ke sektor ini dan berkontribusi kepada masyarakat sekitar ataupun hingga konteks Negara. Dulu hal ini dianggap taboo, tetapi di era seperti sekarang, pertumbuhan sektor nirlaba sudah mulai terlihat, beberapa karena keinginan, beberapa karena memenuhi syarat CSR (Corporate Social Responsibility). Biasanya, keuntungan yang ingin diraih bukan sekedar dalam bentuk uang, tetapi lebih condong kepada nama baik hingga kesejahteraan masyarakat. Dukungan masyarakat sangat diperlukan dalam proses ini.

Organisasi nirlaba biasanya bergerak dalam bidang edukasi, kesehatan atau keperluan sosial seperti keagamaan atau lainnya. Beberapa bidang khusus seperti penanaman pohon, pembangunan rumah sudah mulai terlihat di luar Indonesia, yang membuktikan betapa kuatnya sektor ini. Banyak masyarakat yang sudah mulai terlibat dan merasakan keuntungan dari sektor nirlaba, dan mulai mendukung penuh kegiatan ini.

“Saya percaya bahwa seni adalah cara yang terbaik dalam membuat perubahan sosial.” ~ Pedro Reyes

For more details on Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

Non-profit world and its evolving role…

Most of the time, people think that building a non-profit organization is a waste of time and money, as nothing can be gained from those type of organizations. Yet, in the 21^st century, non-profit organizations have grown up high and proved its evolving role in this era.

www.discoverybusinessservices.com 

Non-profit organization according to nonprofit.pro, is a tax-exempt organization that serves public interest. The purpose must be charitable, educational, scientific, religious or literary. These organizations get their income to generate from the public. In a legal manner, non-profit organization does not declare profit, but utilizes as revenue in service to public interest.

Non-profit organizations such as schools and hospitals play a very important role for the citizens, especially for those who are in need. These types of organization are built nowadays, especially in Indonesia as part of CSR (Corporate Social Responsibilities). The owners usually are the ones with high incomes in their personal ventures or from the place where they work, and non-profit organization is just part of their “donation” to the society. Being well known for their good name is the “profit” from this process, as in here, non-monetary is achieved.

Non-profits usually bring about a new change in the society, as they strive towards making a change for better. At some organizations, they even help in tackling social problems with innovative ideas, or even up to strengthening the society by providing non-monetary aid.

With the benefits that non-profit organization can provide, the evolving role of this organization has gone higher lately, and changing the definition of the need of everlasting monetary profit for life.

For more details on Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

Perubahan pada abad 21…

www.whydev.org

Dari ide yang inovatif, apapun bisa terjadi. Perubahan minat pasar pun bisa terjadi hanya dengan satu inovasi yang hebat. Abad 21 merupakan sebuah pintu perubahan yang terjadi di dalam pasar internasional. Banyak sekali individu yang akhirnya berpindah menjadi wirausahawan, menambah lapangan pekerjaan, khususnya di Indonesia.

Menurut ashoka.org, social entrepreneurs atau wirausahawan adalah individu dengan solusi inovasi untuk masyarakat, dengan tujuan mengurangi masalah sosial. Mereka adalah individu yang penuh dengan ambisi, gigih, mengatasi masalah sosial dengan memberikan ide baru untuk perubahan yang besar.

Wirausahawan sosial biasanya terlihat lebih posesif terhadap ide mereka untuk merubah arahan wawasan mereka. Mereka memili visi yang tinggi dan realistis, selalu memperhatikan implementasi yang praktis untuk mencapai visi mereka.

Dalam dekade akhir-akhir ini, para sektor masyarakat telah mencari tahu dari sektor bisnis semenjak dahulu; mereka percaya, tidak ada ide yang kuat selain ide dari para wirausahawan.

For more details on Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com

Entrepreneurship, the beginning…

jashtis.org

Entrepreneurship is no more a word of stranger to us. Many citizens around the world, including Indonesia are now shifting themselves towards opening their own business, whether big or small, and make themselves an entrepreneur.

The word “Entrepreneur” originates from 13^th century French verb, entreprendre, which means, “to do something”. Entrepreneur, according to the concise encyclopedia of Economics, is defined as someone who organizes, manages and assumes risks of a business or enterprise. These people are considered to be an agent of change, conducting entrepreneurship process. In narrative explanation, entrepreneurship is basically the process of discovering new ways of combining resources.

In general, the most obvious form or the start of conducting entrepreneurship is opening a new business. Other than this, chances for an entrepreneur to take up new innovations to attract the new market are high. Nowadays, in schools and universities is introducing entrepreneurship as one of their subjects, and this proves on the high trend of it. Even Harvard, one of the best universities, has graduates that now are pursuing to be an entrepreneur, and even reach the heights of huge success.

“As long as you’re going to be thinking anyway, think big!” – Donald Trump 

For more details on Entrepreneurship, please contact:

KIRTI PARKASH

+62 21 8378 3288

kirti.parkash@frontlinerinc.com